Beda Penanganan, Banjir Sungai Cikondang dan Cileuya, Salah Satunya Karena Marak Penebangan? - Kuningan Religi

Breaking



Kamis, 13 Januari 2022

Beda Penanganan, Banjir Sungai Cikondang dan Cileuya, Salah Satunya Karena Marak Penebangan?

Penampakan sumbatan material pohon di bawah Jembatan Sungai Cikondang, Kecamatan Cibingbin, penyebab meluapnya air ke pemukiman (foto: BPBD Kuningan) 

KUNINGAN - Kejadian banjir luapan aliran sungai di dua lokasi pada Selasa (11/1) kemarin disebutkan berbeda penyebabnya. Luapan Sungai Cikondang, Desa Cibingbin, dikatakan akibat tersumbatnya aliran sungai oleh banyaknya material daun, ranting, bahkan hingga batang pohon di kolong jembatan. 

Sedangkan luapan Sungai Cileuya, Kecamatan Cimahi, disebutkan akibat adanya pendangkalan dasar Sungai. 

"Tentunya dua penyebab luapan air sungai ini beda lagi cara penanganannya agar tidak terjadi lagi. Seperti di Sungai Cikondang, Cibingbin, itu disarankan pilar penyangga jembatan yang terlalu besar agar diperkecil, " ujar Kepala Pelaksana BPBD Kuningan, Indra Bayu Permana saat ditanya kuninganreligi.com, disela agenda sosialisasi Taspen, Rabu (12/1) di Hotel Cordela Kuningan. 


Pilar penyangga jembatan yang melintang Sungai Cikondang disebut masyarakat setempat terlalu lebar, sehingga menghambat aliran sungai saat penuh sampah material pepohonan. 

Saat ditanya, apaklah material pohon itu berasal dari aktivitas penebangan di hulu sungai, Indra tidak mau berkomentar banyak. 

Ia menduga memang ada pemangkasan pohon di hulu sungai, yang terbukti dari banyaknya daun, ranting, bahkan dahan pohon yang tersangkut di kolong jembatan Sungai Cikondang. 

"Kalau dari longsor di hulu pasti banyak material tanah yang hanyut dan mengendap, " imbuhnya. 

Sementara, kata Indra lagi, untuk penanganan luapan air Sungai Cileuya - Cihanjaro, pihaknya menilai perlu ada pengerukan dasar Sungai yang mendangkal. 

"Kalau Sungai Cileuya - Cihanjaro, kami rasa harus ada normalisasi. Karena sedimentasi yang tinggi, " sebutnya. 

Baca juga:



Namun untuk normalisasi tersebut, dikatakannya, bukan ranah Pemkab Kuningan, tapi ada di BBWS. 

Melihat tingkat keparahan banjir, dijelaskannya, dampak dari Sungai Cileuya sebenarnya lebih luas. Karena, tercatat ada 17 rumah yang terdampak. Bahkan, ketinggian genangan air pun lebih tinggi dari Sungai Cileuya daripada kejadian di Sungai Cikondang. 

Ia menjelaskan, penanganan banjir dari luapan aliran sungai selain bisa diatasi dengan upaya normalisasi, salah satunya juga bisa ditempuh dengan gerakan susur sungai untuk membersihkan sampah dari alirannya. 

Terpisah, Ketua Gerakan Masyarakat Jawa Barat Hejo (GEMA JABAR HEJO), Ali M Nur, menduga, banyaknya serasah dan batang pohon yang menyumbat aliran Sungai Cikondang bisa saja diakibatkan banyaknya penebangan pohon di wilayah hulu sungai. 

"Bisa saja dari penebangan pohon, kemudian terjadi erosi dan material pohonnya jatuh ke aliran sungai, " kata Ali. 

Sebagai ketua organisasi yang bergerak dalam pelestarian lingkungan dan hutan, pihaknya meminta pemerintah meningkatkan pengawasan wilayah sekitar hulu sungai agar tidak terjadi penebangan liar yang serampangan. 


Selain itu, Ia mengajak masyarakat untuk lebih meningkatkan upaya perlindungan lereng-lereng bukit dari penggundulan. 

"Kita saat ini memang sedang fokus mengupayakan rehabilitasi lahan rawan bencana di daerah Kuningan Timur yang sering terjadi bencana, " ujarnya. (Nars)