PELESTARIAN KESENIAN GEMBYUNG (TERBANGAN) TERKENDALA REGENERASI - Kuningan Religi

Breaking



Minggu, 25 November 2018

PELESTARIAN KESENIAN GEMBYUNG (TERBANGAN) TERKENDALA REGENERASI


GARAWANGI - Seni Gembyung merupakan salah satu kesenian peninggalan para wali di Cirebon. Seni ini merupakan pengembangan dari kesenian Terbang yang hidup di lingkungan pesantren. 
Konon seperti halnya kesenian terbang, gembyung digunakan oleh para wali yang dalam hal ini Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai media untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon. 

Kesenian Gembyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan 1 Syuro yang digelar di sekitar tempat ibadah.



Gembyung merupakan jenis musik ensambel yang di dominasi oleh alat musik yang disebut waditra. Meskipun demikian, di lapangan ditemukan beberapa kesenian Gembyung yang tidak menggunakan waditra tarompet.

Setelah berkembang menjadi Gembyung, tidak hanya eksis dilingkungan pesantren, karena pada gilirannya kesenian ini pun banyak dipentaskan di kalangan masyarakat untuk perayaan khitanan, perkawinan, bongkar bumi, mapag sri, dan lain-lain. Dan pada perkembangannya, kesenian ini banyak di kombinasikan dengan kesenian lain. 

Di beberapa wilayah, kesenian Gembyung telah dipengaruhi oleh seni modern dan daerah setempat. Namun ada pula yang tidak terpengaruh oleh perkembangan masyarakatnya. 

Seperti yang terlihat dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad di Musholla Al Mu'arif, Rt 06/02 Dusun Manis Desa Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan, Ahad (25/11/2018). Panitia peringatan Maulid, sengaja menampilkan kesenian Gembyung sebagai upaya untuk melestarikan kesenian Islami tersebut, dan mengenalkannya kepada generasi muda.

Ketua Panitia, Ending, mengatakan bahwa di daerah Kuningan, sudah jarang dijumpai kelompok yang bisa memainkan kesenian Gembyung tersebut. Kalaupun ada, mereka diisi oleh para orang tua yang usianya sudah lanjut.

Sementara, Ketua Grup Kesenian Gembyung, Abah Sueb, mengatakan pihaknya sangat senang jika ada pihak yang mau mengupayakan pelestarian kesenian buhun (warisan leluhur) yang ditekuninya tersebut.

" Sayangnya, minat generasi muda menekuni kesenian ini sangat jarang. Sehingga kami sulit untuk melakukan regenerasi, semoga saja kesenian gembyung ini tidak punah ditelan jaman, " ungkapnya.



Ia mengakui, meski jarang dipanggil mengisi acara-acara hajatan, namun tiap ada peringatan hari besar keagamaan, pihaknya selalu ada yang memanggil untuk mengisi acara.

" Semoga ada perhatian pemerintah, bidang kebudayaan atau kesenian yang memperhatikan Kesenian Gemyung ini. kalau tidak, kami khawatir, Kesenian Gembyung ini bisa hilang, " tukas pria asal Desa Garawangi ini didampingi enam rekannya kepada kuninganreligi.com (Nars)