Macan Tutul Betina, Rasi, berlari menyusuri koridor dari plastik mulsa menuju habitat hutan Gunung Ciremai, Sabtu (5/3) |
KUNINGAN - Setelah melewati masa Habituasi selama 1 bulan sejak tanggal 31 Januari 2022 lalu, seekor Macan Tutul Jawa Betina (Panthera pardus melas) yang diberi nama Rasi, akhirnya dilepasliarkan pada Sabtu (5/3) siang. Acara pelepasliaran Rasi dilakukan secara simbolis oleh Bupati Kuningan, Acep Purnama dengan cara membuka pintu kandang Habituasi dari jarak jauh, di Stasiun Riset Bintangot, Desa Seda, Kawasan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai SPTN I Kuningan.
Bupati didampingi perwakilan Direktur Bina Pengelolaan dan Pemulihan Ekosistem, Dirjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melepasliarkan 1 ekor Macan Tutul Jawa Betina bernama Rasi ini.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Teguh Setiawan menyebutkan, Macan Tutul (Panthera pardus melas) merupakan satwa kunci/key spesies yang menjadi icon kawasan TNGC yang memerlukan ekosistem alami sebagai habitatnya.
"Berdasarkan analisa hasil tangkapan kamera trap yang dipasang sejak tahun 2012, jumlah populasi Macan Tutul diduga berjumlah 1 ekor. Hasil dugaan sementara, Macan Tutul tersebut sudah mati karena terakhir tertangkap kamera pada tahun 2013," papar Teguh.
Untuk menjaga keseimbangan ekosistem Hutan Gunung Ciremai, pada tanggal 9 Juli 2019, Balai TNGC melepasliarkan 1 ekor Macan Tutul Jantan bernama Slamet Ramadhan dari BBKSDA Jawa Barat hasil serahan masyarakat.
"Nah, dalam rangka meningkatkan jumlah populasi Macan Tutul, Balai TN Gunung Ciremai bekerjasama dengan Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat (BBKSDA Jawa Barat) dan PPS Cikananga hari ini melepasliarkan Macan Tutul Betina yang diberi nama “Rasi”," kata Teguh.
Rasi merupakan Matul Betina berusia 3 tahun serahan dari masyarakat Kampung Bunisari, Desa Cikondang, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Rasi ditemukan di perbatasan hutan dengan pemukiman warga pada usia perkiraan 3-6 bulan. Saat ini, Rasi telah berusia 3 (tiga) tahun dan siap kawin.
"Selain untuk bersanding dengan Slamet Ramadhan, pelepasliaran Rasi ditujukan untuk memancing Slamet Ramadhan untuk membuka GPS Colar yang telah dipasang pada saat dilepasliarkan," terangnya.
Sebelum dilepasliarkan, pada dua hari kemarin, dokter hewan, paramedis, dan tim teknis PPS Cikananga, Gembira Loka Zoo, serta Sintas yang didampingi petugas Balai TNGC memasang GPS Collar pada tubuh Rasi.
"GPS Collar berfungsi untuk memantau Rasi. Alat pemantau ini memancarkan sinyal dan gelombang radio yang dapat ditangkap satelit serta handy talky pada frekuensi yang telah ditentukan," terang Teguh.
Selain pemasangan GPS Collar, tim medis juga melakukan pengecekan kondisi tubuh Rasi meliputi gigi dan kaki, serta pengukuran panjang dan tinggi tubuhnya.
Sebelum pelepasliaran, depan pintu kandang Habituasi Rasi sudah dipasang plastik mulsa sebagai koridor jalan untuk Rasi menuju hutan bebas.
"Kita juga memasang beberapa titik CCTV dan Camera Trap untuk memonitor situasi sekitar kandang Habituasi saat pelepasliaran," ucap Teguh.
Sekarang Rasi sudah berada di alam bebas dan akan terus dipantau sampai enam bulan ke depan.
"Mudah-mudahan Slamet Ramadhan bisa segera bertemu Rasi dan bisa terjadi perkawinan sehingga akan ada generasi Matul baru," sebut Teguh.
Keberadaan Rasi di hutan Gunung Ciremai juga disebutkan tidak akan mengganggu aktivitas pendakian gunung Ciremai. Macan Tutul disebutkan sebagai mahluk nocturnal dan tidak pernah mengganggu apalagi menyerang manusia. (Nars)