Masuk Musim Hujan, BTNGC Masih Belum Tenang - Kuningan Religi

Breaking



Selasa, 20 Oktober 2020

Masuk Musim Hujan, BTNGC Masih Belum Tenang


KUNINGAN - Meski Bulan Oktober ini sudah mulai turun hujan di wilayah hutan Gunung Ciremai, pihak Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) mengaku masih khawatir terjadi kebakaran di wilayahnya.

Menurut, Kepala BTNGC, Kuswandono, kebakaran di lahan hutan Gunung Ciremai tahun ini bisa dibilang unik. Hal itu, karena kebakaran terjadi secara berulang di blok lahan yang sama. 



"Kita masih saja kecolongan ya, karena kejadiannya berulang di lokasi yang sama, yakni di Blok Pejaten. Untuk tahun ini ada sekira 2,6 hektar hutan yang terbakar, " jelas Kuswandono.

Untuk mencegah agar kebakaran tidak terulang lagi, pihaknya mengatakan, telah berkoordinasi dengan aparat keamanan, seperti TNI dari Kodim 0615/Kuningan, aparat kepolisian Polres Kuningan, masyarakat mitra pengelola kawasan Gunung Ciremai, masyarakat peduli api, dan warga sekitar.

Terkait kondisi lahan yang terbakar, Kuswandono, mengungkapkan bahwa wilayahnya berada di lereng Ciremai bagian utara, yang termasuk wilayah Cirebon dan Kuningan.


"Di daerah utara ini kondisinya minim pohon besar, dominannya alang-alang dan semak yang mengering, karena lahan berbatu, bekas erupsi Gunung Ciremai, " sebutnya.

Ditanya soal penyebab kebakaran, Ia mensinyalir salah satunya adalah akibat adanya aktifitas masyarakat yang masuk wilayah hutan, dan menimbulkan pemicu / sumber api.



"Diduga masuknya warga ke wilayah hutan diantaranya mereka yang mencari madu dan lainnya yang meninggalkan sumber api, " ungkap Kuswandono.

Ia menghimbau, agar warga yang masuk wilayah hutan tidak melakukan pembakaran, baik itu untuk mencari madu hutan atau land clearing dekat lahan wilayah TNGC.

Pihaknya mengklaim, saat ini masih melakukan upaya-upaya, untuk mengatasi kebakaran agar tidak terjadi lagi dan meluas. 

"Kita juga sedang melakukan upaya pemulihan ekosistem di lahan tersebut. Salah satunya, dengan upaya penanaman di wilayah bekas kebakaran, " katanya.



Namun, upaya penanaman di wilayah tersebut diakuinya, terhambat kondisi lahan, karena banyak berbatu.

"Caranya memang agak kompleks, kita perlu membuat media tanam tambahan, akibat kondisi lahan yang penuh bebatuan, " pungkasnya. (Nars)