KUNINGAN - Kepergian Profesor Dr H Mohammad Surya (77), tokoh pendidik pituin Kelurahan Citangtu, Kecamatan/Kabupaten Kuningan, Selasa (13/11/2018), di RS Advent, Bandung, membuat dunia Pendidikan Indonesia berkabung.
Betapa tidak, separuh lebih dari usia Almarhum, selama 60 tahun, dicurahkan di dunia pendidikan, demi terwujudnya harapan semua tenaga pengajar di Indonesia. Bahkan, Almarhum telah banyak berjuang bersama para pengajar untuk mendapatkan hak mereka. Mohammad Surya dikenal sebagai pejuang sertifikasi.
Keterlibatan di Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) selama puluhan tahun, sejak tahun 1958, sebagai anggota ataupun sebagai pengurus, membuktikan komitmen kuat dirinya untuk mengabdikan diri di dunia pendidikan.
Bahkan di akhir hayatnya, meski dalam kondisi sakit-sakitan, Mohammad Surya, tak berhenti memberikan semangat kepada para pengajar. Almarhum berencana menghadiri bedah buku "Babad Alas Amer: 60 tahun Prof. Dr. H. M. Surya Menjadi Guru" yang dipersembahkan bagi para pendidik di awal November ini.
" Mengingat kondisi beliau, maka acara tersebut disepakati untuk diundurkan. November ini, merupakan tepat 60 tahun Beliau berkiprah sebagai Guru sekaligus masuk menjadi anggota PGRI yang pada satu saat menjadi Ketua Umum PB PGRI selama dua periode, " ujar Dr H Gunawan Undang, penulis buku tersebut.
Untuk diketahui, Almarhum Mohamad Surya adalah putera dari Sastrasantana, yang juga seorang guru. Pendidikan yang diikutinya dimulai dari SD Citangtu Kuningan (lulus tahun 1954), kemudian SGA/KGA (1962), sarjana muda IKIP Bandung (1965), dan sarjana pendidikan IKIP Bandung (1968).
Gelar doktor pendidikan diraihnya tahun 1979, juga dari IKIP Bandung setelah mempertahankan disertasi mengenai faktor non-intelektif pada siswa berprestasi kurang. Selain itu, ia juga mengikuti program refreshing di Ohio State University (1987) dan program Internship di Indiana University (1989).
Kariernya sebagai Guru diawali dengan menjadi pengajar Sekolah Rakyat (sekarang SD) di Kuningan (1958-1962). Kemudian menjadi guru SPG-B/SMA di Bandung (1966-1973). Mulai tahun 1966, ia menjadi dosen di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan menyandang jabatan sebagai guru besar sejak tahun 1997.
Selamat Jalan Profesor! (Nars, dari berbagai sumber)