![]() |
Mantan ASN Disporapar Kuningan, Dodon Sugiharto, kritisi Rangkaian Hari Jadi ke-525 Kuningan |
KUNINGAN - Pada peringatan Hari Jadi ke-525 Kuningan, di akhir masa jabatan Bupati Kuningan Acep Purnama dan Wabup M Ridho Suganda, event rutin tahunan yang membanggakan masyarakat Kuningan, Saptonan, tidak diselenggarakan.
Mantan Sekretaris Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kuningan, Dodon Sugiharto, menyayangkan agenda sakral Saptonan tidak ada pada rangkaian agenda peringatan Hari Jadi Kuningan tahun ini.
Bahkan dirinya mengawali kritik terhadap tidak dilaksanakannya Saptonan ini dengan kata "Rungkad".
"Tahun ini berarti Disporapar tidak menggelar 2 event rutin tahunan yang selama ini menjadi prioritas, yakni Mojang Jajaka dan Saptonan," ujarnya, melalui unggahan di akun media sosial miliknya, Kamis (31/08/2023) kemarin.
Padahal, imbuhnya, kedua event prioritas Disporapar Kuningan ini sering dicantumkan dalam setiap booklet ataupun leaflet promosi wisata Kuningan.
"Bahkan di baliho besar yang ada di depan kantor Disporapar Kuningan, kedua event ini dipampangkan," ujarnya.
Sebagai mantan ASN yang lama bekerja di Disporapar (hampir 16 tahun), sampai pensiun, Dodon mengaku sangat menyayangkan keadaan seperti itu.
Ia mempertanyakan, apakah tidak digelarnya event prioritas ini karena tidak ada anggaran, tidak diprioritaskan karena tidak suka, ataukah memang tidak mampu?
"Seharusnya kalau karena kesulitan anggaran, anggaran yang ada difokuskan kepada event yang dua itu saja dulu. Kegiatan-kegiatan yang baru yang tidak mempertaruhkan nama besar Kuningan dan berkaitan dengan sejarah Kuningan (mending) dipending saja dulu," usulnya.
Ia juga mengaku, dirinya sempat menitipkan event prioritas Saptonan ini kepada Kadisporapar yang sekarang menjabat, Toto Toharudin, agar Saptonan ini bisa digelar dalam konsep 2 in 1 bersamaan dengan karnaval (Helaran Budaya).
"Beliau kan kelihatannya agak hebat kalau lagi pidato," ketusnya.
Dodon berpendapat, jika Saptonan ini bisa digelar bersamaan dengan agenda Helaran, maka menurutnya akan lebih hebat.
"Saptonan dalam skala pesertanya akan lebih banyak (selama ini diatur per-eks kewadanan), sekarang diikuti oleh semua SKPD , kecamatan (pesertanya para kuwu) dan organisasi masa," ungkapnya.
Kemudian, menurut hematnya, dengan konsep 2 in 1 ini, agenda tradisi seba juga akan lebih meriah karena sepanjang jalan Siliwangi akan dipadati peserta dan penonton.
Kalau dilaksanakan di lapangan seperti selama ini, rutenya sangat pendek, cuma mengitari lapangan saja.
Untuk waktu pelaksanaan, Dodon juga menyebutkan bisa dipilih hari Sabtu setelah tanggal 1 September. Hal ini, ujarnya, akan lebih leluasa karena bisa dimulai dari pagi.
"Sekarang ini kan acara Saptonan dimulai setelah selesai sidang Paripurna. Kadang jam 11.00 atau bahkan lebih (tergantung selesainya sidang) baru dimulai. Suka kasihan kepada para peserta yang sudah hadir dari pagi harus menunggu lama," paparnya.
Terakhir, dengan konsep 2 in 1, Ia berpendapat event ini tidak akan terlalu banyak menghabiskan biaya.
"Terjadi penghematan biaya untuk semuanya karena digabungkannya dua kegiatan yang menjadi agenda utama daerah," tuturnya.
Jika melihat situasi sekarang,.Ia jadi agak sedih. Kadisporapar sekarang, imbuhnya lagi, yang sempat "Saptonan" ke Maroko boro-boro mampu menggarap Saptonan (punya ruh tapi kurang gereget dalam pelaksanaan) dan helaran/pawai alegoris ( rame dan meriah tapi tanpa ruh) menjadi 2 in 1.
Saptonan, menurut Dodon, adalah event sejarah Kuningan yang tidak boleh dihilangkan. Menurut sejarahnya, jaman dahulu, Raja-raja Kuningan setiap Sabtu selalu menerima "seba" dari para Demang dan Tumenggung di Keraton.
Setelah usai membahas perkara yang terjadi di wilayahnya masing-masing, mereka meneruskan kegiatan dengan berolahraga lomba adu ketangkasan berkuda dan memanah.
"Sejarah Kuningan dulu tidak ada yang namanya pameran pembangunan.Jadi untuk kedepannya, siapapun pemimpin Kuningan harus tahu dan ingat sejarah Kuningan," ucapnya.
Pemimpin di Kuningan, tandasnya lagi, harus terus melestarikan sejarah ini (salah satunya) dengan menggelar tradisi Saptonan yang hanya ada satu di dunia ini, yakni di Kuningan.
"Apakah pameran lebih penting dari Saptonan?," pungkasnya. (Nars)