KUNINGAN - Pada masa pandemi COVID-19 ini sebagian orang meyakini bahwa salah satu gejala seseorang terpapar Korona adalah ketika indera penciumannya tidak berfungsi. Seperti, tidak bisa mencium bau/wangi sesuatu, mengecap rasa makanan dan sejenisnya. Menurut ilmu kesehatan gangguan indera tersebut biasa dikenal sebagai Anosmia.
Menurut sumber Wikipedia, Anosmia (ænˈɒz.mi.ə) adalah kelainan pada indra penciuman, atau dalam kata lain ketidakmampuan seseorang mencium bau. Anosmia bisa berupa
penyakit yang berlangsung sementara maupun permanen. Istilah yang berhubungan, hiposmia, merujuk pada berkurangnya kemampuan mencium, sedangkan hiperosmia berarti meningkatnya kemampuan penciuman.
"Beberapa orang dapat menjadi anosmik terhadap bau tertentu. Kasus ini disebut "anosmia spesifik" dan kemungkinan diakibatkan oleh gen, " tulis Wikipedia.
dr H Asep Hermana |
Terpisah, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Kuningan, dr H Asep Hermana, saat dihubungi kuninganreligi.com menjelaskan bahwa Anosmia, merupakan gejala menghilangnya sensasi penciuman sebagai gangguan dari nervous all factorius, yakni nervous yang ujung-ujung sarafnya itu ada di daerah hidung bagian dalam.
Apakah gejala Anosmia ini bisa berarti seseorang terpapar COVID-19? Dokter senior yang biasa dipanggil Dokter Aher ini mengatakan bahwa gangguan Anosmia ini tidak spesifik "milik"-nya Covid-19.
"Tetapi penyakit-penyakit lain pun, misalnya ada peradangan atau infeksi di daerah hidung bagian dalam, juga bisa mengalami gangguan seperti itu," sebutnya.
Karena sekarang ini di era pandemi, dan salah satu gejala dari Covid-19 itu Anosmia, Asep menerangkan, maka sekiranya terjadi, kita wajib curiga, sampai terbukti tidak.
"Untuk itulah, jangan sepelekan gejala Anosmia, karena siapa tahu itu gejala awal dari Covid-19.Makin cepat kita ketahui, sebetulnya, Insya Allah makin mudah untuk penatalaksanaan. Dan semakin mudah untuk sehat, " tandasnya.
Ia pun meminta masyarakat jangan sampai ada ketakutan yang berlebihan saat mengalami gejala seperti Anosmia ini. Sehingga sebagian orang jadi takut untuk diperiksa, diswab dan untuk diterapi.
"Kita semua bertujuan sama, agar bagaimana caranya, agar sebanyak-banyaknya orang baik yang bergejala atau tidak, baik yang positif atau diduga, sebanyak-banyaknya orang itu harus sehat dan selamat, itu intinya," katanya.
Ia meyakinkan agar masyarakat jangan sampai nanti ada rasa ketakutan atau kecemasan.
"Jadikanlah gejala-gejala tersebut sebagai pertanda bahwa itu adalah ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam tubuh kita, " saran Asep.(Nars)