KUNINGAN - Tahun 2020, Desa Subang memasuki usia ke-390. Milangkala Desa Subang ini mengusung tema “Ngamumule Lembur Kucara Anu Saluyu Jeung Pamadegan Desa Nyaeta Sugri Walagri Malar Walatra”.
Bupati Kuningan, H Acep Purnama. terlebih dahulu meresmikan Pasar Subang yang sudah beroperasi sejak tanggal 6 Agustus 2020. Peresmian dilakukan secara simbolis dengan pengguntingan pita dan meninjau ruko-ruko di lokasi pasar.
Ketua Panitia, Iman Sukmana, dalam sambutannya menjelaskan bahwa, Milangkala ke-390 Desa Subang yang baru pertama kali dirayakan ini bertujuan untuk mengingat perjuangan leluhur di Desa Subang dalam menjaga dan merawat Desa Subang hingga saat ini.
Sementara, Ketua BPD Subang, Rahman Taopik, memaparkan sejarah singkat mengenai terbentuknya Desa Subang.
Awal mula terbentuknya desa tersebut, tutur Rahman, bermula adanya seorang laki-laki keturunan kerajaan Mataram yang bernama Raden Wirananggapati yang dikenal dengan nama Raden Mas Wuryah Martapura. Beliau pernah diangkat sebagai Raja Mataram selama satu hari karena saat itu usianya baru 8 tahun.
"Setelah dewasa Ia meminta ijin kepada ibunya untuk mengembara ke Tatar Sunda tepatnya di Desa Subang dengan membawa bekal pusaka berupa Karembong Lokcan sebagai ciri keturunan Kerajaan Mataram, " cerita Rahman.
Di sana Ia bertemu dengan Ki Jabasraga seorang dalem di wilayah Kedaleman Ketug dan menikah dengan putrinya bernama Nyi Suka Inten. Suatu waktu Ki Jabasraga mengutus Raden Wirananggapati untuk berkunjung ke kerajaan Mataram II memberikan seba tahunan.
Namun sekembalinya dari kerajaan Mataram II ia menyampaikan pesan dari Sultan pada Ki Jabasraga bahwa Ia telah memberhentikan dengan hormat Ki Jabasraga sebagai Dalem Ketug karena usianya yang sudah tua dan digantikan oleh Raden Wirananggapati.
"Raden Wirananggapati memerintah Kedaleman Ketug dengan arif dan bijaksana, namun karana Raden Wirananggapati bukan keturunan Ki Jabasraga Ia memindahkan pusat pemerintahan Kedaleman Ketug ke daerah pertanian di sebelah utara Ketug lama dan sebelah timur Subang (sekarang Cibangsalan), " sebutnya.
Nama kedaleman Ketug tidak digunakan lagi diganti dengan nama Desa Trisuban yang menjadi cikal bakal Desa Subang. Perpindahan dari Ketug ke Cibabangsalan sekitar tahun 1630, dan Raden Wirananggapati merupakan Kepala Desa Subang pertama sampai akhir hayatnya.
"Beliau memerintah Desa Subang dari tahun 1630 sampai dengan 1660, Desa Subang ini diperkirakan berdiri pada tahun 1630 Masehi, " disampaikan Rahman.
Di tempat sama, Kepala Desa Subang, Irin Ismail, menyebut, keinginan pihaknya bersama BPD dan masyarakat untuk menggelar HUT Desa Subang sudah direncanakan sejak tahun 2019 lalu.
"Namun baru terealisasikan pada tahun 2020 dan disepakati tanggal 27 agustus sebagai hari jadi Desa Subang. Kami berharap agar Desa Subang memiliki ikon “ngayun”, yang menjadi ciri khas desa ini, " kata Kades Irin.
Pada perkembangan pemerintahan desa yang dipimpinnya, saat ini Desa Subang telah memiliki mobil Maskara dari bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Mobil tersebut difungsikan Pemdes untuk angkutan hasil pertanian dan operasional pondok persalinan desa.
"Dengan desain yang multifungsi mobil Maskara ini diharapkan dapat memberikan pelayanan lebih baik dan tentunya bermanfaat bagi masyarakat Desa Subang, " ucap Kades.
Di lain pihak, Bupati Acep Purnama, yang memberikan sambutan dengan Bahasa Sunda, memaknai acara peringatan milangkala ini sebagai instropeksi mengenai apa yang sudah dibuat dan apa yang sedang direncanakan untuk pembangunan desa.
"Saya mengucapkan Selamat Hari Jadi ke-390 untuk Desa Subang serta harapan terbaik untuk desa ini. Abdi ngahaturkeun wilujeng milangkala ka masyarakat Desa Subang nu ka-390. Laksanakeun Pangwangunan dina sagala bidang demi kamajuan Desa Subang. Abdi Percanten ku kompak sareng guyubna masyarakat Desa Subang, pangwangunan nu tos direncanakeun tiasa berjalan sakumaha mistina, " papar Acep.
Usai Acara Milangkala itu, Bupati juga menghadiri acara peletakan batu pertama untuk pembangunan Mesjid Darussalam yang bertempat di Blok Sukasari Desa Subang. Dalam pesannya Bupati Acep menyampaikan bahwa masjid merupakan kebutuhan untuk beribadah secara nyaman. (Nars)