KUNINGAN – Para pegiat alam yang tergabung dalam Forum Pecinta Alam Kuningan (FPAK) gagal menyerahkan koin hasil pengumpulan mereka pada event CFD pekan lalu kepada pihak Pemerintah Daerah Kuningan.
Semula, mereka berencana akan menyerahkan koin tersebut dalam acara Diskusi Sarjana Urang Kuningan (Sarukun) yang digelar Sabtu (07/03/2020) kemarin, di Cafe dan Resto Agra Food Station, Jalan Cut Nyak Dien.
"Karena dari pihak Leguslatif dan Eksekutif yang diundang jadi narasumber pada diskusi ini tidak hadir, maka koin "Peduli PAD" ini tidak jadi kami serahkan hari ini, " ujar salah satu juru bicara FPAK.
Forum PAK, ujarnya, akan menyerahkan koin tersebut jika ada audiensi dengan pihak eksekutif dan legislatif nanti, menindaklanjuti agenda Diskusi Sarukun, yang digelar kemarin.
"Selain itu ada dua amplop yang berisi pernyataan sikap kami terkait penolakan terhadap rencana perubahan fungsi hutan Gunung Ciremai dari TN ke Tahura, " imbuhnya.
Sementara dalam kegiatan diskusi itu, terpantau, diikuti oleh puluhan aktivis lingkungan, mahasiswa, dan para sarjana asal Kabupaten Kuningan.
Rencananya, panitia menghadirkan lima narasumber dalam diskusi itu, diantaranya, Wakil Bupati Kuningan, M Rdho Suganda, Anggota DPRD Kuningan yang juga Ketua Fraksi PDIP, Dede Sembada, Kapala BTNGC, Kuswandono, Dekan Fahutan Uniku, Toto Supartono dan dari Forum Penggiat Alam Kuningan, Fredrik Amalo.
Dua narasumber, memutuskan batal hadir adalah M Ridho Suganfa dan Dede Sembada, karena berbagai alasan. Sementara, dari BTNGC diwakili oleh Kasi I TNGC Kuningan, San Andre Jatmiko.
Dalam diskusi yang terkesan searah itu, ketiga narasumber yang hadir semuanya berpendapat bahwa perubahan status hutan Gunung Ciremai dari Taman Nasional ke Taman Hutan Raya adalah satu hal yang tidak perlu dilakukan dengan berbagai alasan.
Sementara, Panitia Diskusi Sarukun, Ilham Ramdhani, saat memberikan keterangan memaparkan dibentuknya Pansus terkait rencana penurunan status Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) menjadi Taman Hutan Raya (Tahura), telah menjadi isu panas ditengah masyarakat Kuningan khususnya dimasyarakat sekitaran lereng Gunung Ciremai.
Debat diantara pendukung yang Pro Tahura dan TNGC, ungkapnya acap kali terjadi, khususnya saling sindir di sosial media pribadi para pendukungnya.
" Maka Sarukun sengaja menangkap memanasnya obrolan tentang rencana penurunan status Gunung Ciremai menjadi Tahura, ini melalui sebuah diskusi terbuka, agar semua jadi tahu argumen dari kedua belah pihak, " kata Ilham.
Pihaknya menyayangkan, dari 5 pemateri yang diundang untuk mengisi diskusi, 2 narasumber memilih tidak hadir dengan beberapa alasan.
"Khususnya kepada Dede Sembada, yang beralasan bahwa ketidakhadirannya dikarenakan akan melanggar kode etik, sebab diskusi terkait Tahura akan dibahas dalam ranah Pansus, hingga seolah tidak elok jika dirinya membahas hal terkait diluar pansus," paparnya.
Padahal, menurutnya, Sarukun memilih mengundang Dede Sembada, karena dari laman sosial media beliau getol sekali memantik terkait isu Tahura. Bahkan tidak jarang karena kicauannya disosmed menjadi debat diantara netizen.
"Sayangnya saat kami fasilitasi diskusi secara live, Pak Dede tidak hadir dengan alasannya,” sebut Ilham dihadapan puluhan peserta diskusi. (Nars)