KUNINGAN - Seekor Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) berkelamin jantan, akhirnya resmi dilepasliarkan di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) atau tepatnya di Site Leuweung Saeutik Blok Gunung Dulang, Seksi Pengelolaan TN Wilayah I Kuningan, pada Selasa (09/07/2019).
Macan Tutul yang diberi nama Slamet Ramadhan tersebut dibawa dengan menggunakan kandang yang dipikul menuju lokasi pelepasliaran oleh petugas.
Menurut siaran pers dari laman Kementerian LHK, Macan Tutul yang diberi nama Slamet Ramadhan tersebut merupakan hasil evakuasi Tim Gugus Tugas Evakuasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat.
Slamet Ramadhan, Sabtu (01/06/2019) lalu, ditemukan warga Dusun Cimalingping, Desa Sindangsari, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, masuk ke pemukiman.
Berkat kerjasama Tim Gugus Tugas Evakuasi dan Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar Bidang KSDA Wilayah II dengan petugas Kebun Binatang Bandung, Kepolisian setempat, pemerhati satwa, JAAN dan masyarakat sekitar, macan berhasil dievakuasi.

Akhirnya, setelah selama 25 hari dirawat dan dalam masa pemantauan perkembangan oleh BBKSDA Jabar, Tim Medis Kebun Binatang Bandung menyatakan Slamet Ramadhan siap dikembalikan ke habitatnya.
Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) melaksanakan serangkaian koordinasi dengan para pihak antara lain dengan BBKSDA Jawa Barat, Balai TN Gunung Ciremai, Forum Macan Tutul Jawa (Formata), Peduli Karnivor Jawa, SINTAS Indonesia, Pro Fauna dan Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan untuk menentukan lokasi pelepasliaran.
Lokasi pelepasliaran yang terpilih adalah TN Gunung Ciremai dengan pertimbangan antara lain jumlah populasi macan dan kelimpahan satwa mangsa sebagai penentu daya dukung habitat.
Menurut Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK, Wiratno, macan tersebut harus segera dilepasliarkan supaya sifat liarnya masih ada. Akan tetapi karena lokasi pelepasliaran terbatas, jadi perlu dipadupadankan supaya ruang habitat satwa dan manusia bisa menjadi selaras dan hidup berdampingan secara harmonis.
“Identifikasi mitra di sekitar lokasi pelepasliaran terlebih dahulu perlu dilakukan terutama yang mempunyai informasi tentang persepsi masyarakat serta mampu mensosialisasikan pada tokoh-tokoh masyarakat sekitar agar bisa menerima hidup berdampingan dengan satwa tersebut,” jelas Wiratno.
Sementara, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, KLHK, Indra Exploitasia, menjelasakan bahwa upaya percepatan tahapan pelepasliaran telah dilakukan secara paralel mulai dari pembentukan tim, asesmen ekologi dan sosial masyarakat, sosialisasi formal dan informal, serta rencana monitoring pasca pelepasliaran.
“Pelepasliaran harus melibatkan mitra dari desa-desa terdekat. Upaya–upaya tersebut melibatkan multipihak dan merupakan pembelajaran yang luar biasa,” ujarnya.
Hal senada diutarakan oleh Kepala BBKSDA Jawa Barat, Amy Nurwaty. Menurut Amy tahapan dan penanganan lanjutan telah berjalan menggembirakan. Kondisi terkini hasil observasi menunjukkan macan dalam kondisi sehat dan siap dilepasliarkan.
Kuswandono, Kepala Balai TN Gunung Ciremai menerangkan bahwa site Leuweung Saeutik Blok Gunung Dulang, Seksi Pengelolaan TN Wilayah I Kuningan, TN Gunung Ciremai sebagai lokasi pelepasliaran telah dinyatakan kompeten dan cocok untuk habitat baru macan.
Monitoring paska pelepasliaran akan dilakukan sampai dengan Bulan Oktober 2019 melalui pengamatan satwa yang telah dipasangi GPS Colar.(Nars)