KUNINGAN - Melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar AS berdampak pada nasib pengusaha rumahan Tahu dan Tempe di Kabupaten Kuningan. Hal ini disebabkan kedelai, sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe, masih berupa barang impor yang memakai standar harga menggunakan mata uang Dolar AS.
Salah seorang pengusaha tahu, H Ending Sadili, warga Desa Purwasari, saat dikonfirmasi kuninganreligi.com menjelaskan bahwa usaha pembuatan tahu yang telah digelutinya selama puluhan tahun, saat inj terancam gulung tikar.
" Harga kedelai yang hingga kini masih impor kan standarnya pakai Dolar Kang, jika sampai di atas Rp 9 ribu per kg tentu sebagian besar nasib pengusaha tahu tidak akan bertahan lagi alias bangkrut, " keluhnya.
Ending mengatakan juga jika nilai mata uang Rupiah semakin melemah terhadap Dolar, bisa dipastikan harga kedelai juga ikut merangkak naik.
" Kami harapkan ada perhatian dari Pemerintah
kepada nasib pengusaha tahu tempe di Kuningan khususnya. Bagaimana caranya agar harga kedelai bisa stabil dan kami bisa tetap menjalankan usaha ini, " harap Ending.
Terkait upaya menaikkan harga tahu sebagai solusi untuk mempertahankan usahanya, Ending malah mengatakan hal itu sulit dilakukan.
" Menaikkan harga sulit kang, nanti malah konsumen pada enggan beli tahu lagi. Sekarang saja persaingan harga sudah tidak sehat, banyak yang menjatuhkan harga di pasaran," tukasnya (Nars)