Ketua Komisi II DPRD Kuningan, Rany Febriani |
KUNINGAN - Kelangkaan minyak goreng di pasaran baik di pasar modern maupun di tingkat pedagang eceran, ditanggapi Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Kuningan, Rany Febriani. Sebagai ketua komisi yang salah satunya membidangi soal perekonomian, Ia menyebutkan fenomena kelangkaan minyak goreng di masyarakat adalah fenomena yang berlangsung secara nasional.
"Yang menjadi masalah lagi, bahwa di Kuningan itu tidak ada distributor. Karena tidak ada distributor, kita tidak bisa intervensi. Paling nanti pihak Dinas Kopdagperin Kuningan kita dorong untuk komunikasi dengan Bulog, " terang politisi dari Partai Demokrat di Kuningan ini.
Ia juga menyebutkan, Bulog juga merupakan salah satu lembaga yang berfungsi dalam pengawasan distribusi sembako di masyarakat.
Menyinggung soal penerapan aturan bahwa pembeli minyak goreng harus mencelupkan jari, Rany mengatakan mungkin itu adalah salah satu upaya pihak toko agar semua masyarakat bisa terbagi migor secara merata, sehingga tidak ada pembelian secara besar-besaran.
"Kalau seperti itu, berarti ada indikasi panic buying di masyarakat, " ujarnya.
Rany berharap masyarakat tidak panik dan tetap tenang menyikapi masalah kelangkaan minyak goreng ini.
"Mudah-mudahan nanti ada kebijakan dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah kelangkaan minyak ini. Masyarakat jangan panik, Insya Allah pemerintah punya langkah agar keberadaan minyak ini bisa normal, " terangnya.
Ia juga meminta para pedagang besar agar tidak melakukan penimbunan minyak goreng jika memang memiliki stok banyak.
Sebelumnya diberitakan, kesulitan masyarakat untuk mendapatkan minyak goreng kemasan di pasar tradisional dan modern di Kabupaten Kuningan terus berlangsung. Pada Jum'at (11/2) puluhan calon pembeli minyak goreng di sebuah toko modern di Jalan Siliwangi, Kuningan, terpaksa harus pulang dengan tangan hampa, karena stok minyak goreng di toko tersebut kosong.
Seorang pembeli, Ayu (46) warga Kelurahan Purwawinangun, saat dimintai komentar mengaku mendapat informasi adanya stok minyak goreng di toko modern itu pada Jum'at pagi. Namun, dirinya baru sempat ke toko itu pada jam 11:00 WIB dan hanya mendapat tulisan di depan pintu masuk toko, bahwa stok minyak goreng di sana, kosong.
"Iya, tadi pagi katanya stok banyak, bahkan tetangga Saya bisa beli satu kemasan yang 2 liter. Itu pun harus mencelupkan jari ke tinta, agar tidak bisa membeli dua kali, " kata Ayu.
Terpisah, salah seorang pedagang sembako di pasar tradisional Luragung, Iwan, membenarkan bahwa minyak goreng di pasaran kini sulit didapatkan, akibat stok dari distributor juga terbatas.
Malahan, sebagai pedagang di pasar tradisional, dirinya merasa dianaktirikan oleh distributor, karena Ia melihat distributor cenderung mengutamakan penyaluran ke pasar modern. (Nars)