KUNINGAN - Balai Besar Koncervasi Sumber Daya Alam Jawa Barat bersama Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) selaku Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian LH dan Kehutanan, melakukan sosialisasi Pelepasliaran Macan Tutul Jawa di kawasan Gunung Ciremai, pada Rabu (03/07/2019) di Hotel Grage Sangkan Kuningan.
Sosialisasi tersebut merupakan salah satu dari rangkaian proses pelepasliaran Slamet Ramadhan, nama seekor Macan Tutul Jawa, yang dilakukan Balai Besar KSDA Jabar bersama para pihak lainnya.
Kepala Bidang KSDA Wilayag II Soreang, BBKSDA Jabar, Pupung Purnawan, dalam sambutannya di depan peserta sosialisasi, mengatakan bahwa Macan Tutul Jawa yang akan dilepasliarkan merupakan hasil evakuasi tim BB KSDA Jabar dan pihak lainnya.
"Proses menuju pelepasliaran ini sudah lama dilakukan. Tim yang dikomandoi Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) telah bergerak sebulan ini. Mulai pembentukan tim, studi ekologi, studi sosial sampai proses sosialisasi formal pada hari ini," ungkap Pupung.
![]() |
Sumber foto: Kompas |
Ia juga menyampaikan kronologis evakuasi sampai kondisi update si macan yang dititipkan di Kebun Binatang Bandung. Dalam rapat teknis beberapa hari lalu, katanya, Gunung Ciremai dianggap kawasan ideal untuk pelepasliaran terkait dengan data populasi dan satwa mangsa yang lengkap.
Sementara, Kepala BTNGC, Kuswandono, menyampaikan data terakhir (2018) yang mencatat jumlah Macan Tutul di Gunung Ciremai paling banyak ada tiga ekor.
"Sedangkan satwa mangsa relatif melimpah terutama babi hutan dan monyet ekor panjang", jelas Kuswandono.
Sosialisasi tersebut menghadirkan para narasumber, yakni Toto Supartono, yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan (Uniku), penggiat Peduli Karnivor Jawa, Didik Raharyono, penggiat Profauna, Singgih, dan dari Sintas Indonesia, Erwin Wilianto.
Para undangan yang hadir diantaranya, perwakilan Pemerintah Daerah Kuningan dan Pemerintah Desa, pengelola lokasi wisata alam, pegiat konservasi, TNI, Polri, dan tokoh masyarakat.
Dari diskusi yang dipandu Ade Suharso, Direktorat KKH, Direktorat Jenderal KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) ini didapat kesepakatan para pihak untuk menerima pelepasliaran Macan Tutul di kawasan Gunung Ciremai.
"Bertolak dari data konflik satwa dan populasi macan tutul Jawa di gunung Ciremai, kawasan ini memungkinkan untuk pelepasliaran", ungkap Toto Supartono dalam presentasinya.
Hal ini pun didukung oleh data Peduli Karnivor Jawa, yang diungkapkan Didik, bahwa Macan Tutul, walaupun makan daging, tapi satwa ini cenderung pemalu dan menghindar bila bertemu manusia.
"Dengan beberapa catatan yakni jarak pelepasliaran dengan lokasi terdekat", tegas Didik.
Serupa dengan argumen di atas, Erwin pun mengatakan, "Tidak ada catatan macan tutul menyerang manusia".
Sementara itu Dodo, warga desa Padabeunghar, Pasawahan, Kuningan sempat mengutarakan kekhawatirannya. Tapi setelah mendapatkan penjelasan dari narasumber, dia mulai mengerti dan memahami.
Rencananya Sang Raja Rimba tersbeut akan dirilis dalam waktu dekat sesuai hasil observasi. Saat pelepasliaran tentu didukung peralatan sesuai standar. Kemudian akan dimonitor oleh tim gabungan pasca rilis. (Nars)