Ketua KONI Kuningan, H Enay Sunaryo |
KUNINGAN - Kontingen Jawa Barat di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua terus bertengger kuat di puncak klasemen perolehan medali. Hingga Kamis (14/10), kontingen Jawa Barat berhasil mengumpulkan 334 medali, dengan rincian 126 emas, 97 perak dan 111 perunggu.
Perolehan medali tersebut tentunya tidak terlepas dari gemilangnya prestasi para atlit Jawa Barat yang diterjunkan di ajang olahraga bergengsi nasional ini.
Salah satu yang turut menyumbangkan medali emas untuk Kontingen Jabar ini adalah para atlit yang berasal dari Kabupaten Kuningan.
Hingga hari ini, para atlit asal Kabupaten Kuningan sudah menyumbangkan sebanyak 5 medali emas. Para atlit tersebut adalah Tresna Puspita (Cabor Atletik, Lontar Martil) menyumbangkan 2 emas, Susi Susanti (Cabor Angkat Berat 52 kg), Maria Magdalena (Angkat Berat 84 kg), dan Ulfa Silviana (Atletik, Lari Estafet puteri).
Ulfa Silviana, Atlet Lari Estafet Asal Kuningan yang juga sumbang emas di PON XX Papua |
Gemilangnya prestasi para atlit ini bagi warga Kuningan tentu sangat membuat bangga. Karena dengan raihan puncak prestasi tersebut, para atlit ini telah membawa nama harum daerah asal.
Namun, ada sebagian pihak yang justru menyebutkan bahwa prestasi para atlit tersebut tidak sebanding dengan sarana prasarana olahraga dan pembinaan atlit di Kabupaten Kuningan.
Setidaknya hal itu tersirat juga, saat kuninganreligi.com menghubungi Ketua Umum KONI Kabupaten Kuningan, H Enay Sunaryo, pada Rabu (13/10).
Enay mengakui, memang untuk pembinaan dan sarana prasarana latihan para atlit di beberapa cabang olahraga di bawah binaannya masih dirasa kurang.
"Kita tahu pada PON XX Papua ini, khususnya Cabor atletik yang Pak Bupati jadi manager kontingen di dalamnya telah bisa melampaui target raihan medali," ujarnya.
Namun dengan gemilangnya prestasi atlit asal Kuningan di PON XX Papua ini, pihaknya sebagai pimpinan KONI, malah tidak merasa melakukan pembinaan (yang maksimal) kepada mereka.
"Justru prestasi ini muncul karena kegigihan para atlit dalam berlatih dan para pelatihnya yang serius membimbing mereka," ucap Enay.
Pihaknya mengaku bangga dan mengapresiasi, meski di tengah minimnya pembinaan di daerah asal, namun para atlit tersebut tetap semangat mengasah skill mereka untuk menggapai prestasi.
"Saya hanya bisa membina mereka sebatas memberikan support moral saja. Seperti contoh, saat mereka berlatih, kita terus pantau dan berikan semangat," ungkapnya.
Dengan sedikit berseloroh, Enay juga menggambarkan terkait pemenuhan makanan/gizi untuk para atlit ini yang masih jauh dari sempurna.
"Meski hanya makan hucap sama lengko saja mereka ternyata bisa meraih emas, " katanya sambil tersenyum.
Pihaknya juga mengapresiasi kecintaan para atlit ini terhadap tanah kelahiran. Meski berada di puncak prestasi dengan kondisi pembinaan atlit yang masih kurang, mereka tetap mau mewakili Kabupaten Kuningan. Tidak pindah ke kontingen daerah lain. (Nars)