Warga antre beli minyak goreng di salah satu toko modern di Kabupaten Kuningan, Jum'at (12/2) |
KUNINGAN - Maraknya warga yang antre membeli minyak goreng disebutkan oleh beberapa pemangku kepentingan sebagai fenomena yang terjadi secara nasional. Hal ini terlihat ironis mengingat sesuai data yang dihimpun dari index mudi, portal pengumpul fakta dan statistik dari berbagai sumber, Indonesia tercatat sebagai penghasil Sawit terbesar di dunia.
Fenomena kelangkaan minyak goreng juga terjadi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Sejak beberapa pekan ini, di pasaran, keberadaan minyak goreng sangat sulit didapatkan masyarakat, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk bahan baku industri makanan
Bahkan, para pedagang pun mengaku sangat sulit mendapat stok dari distributor. Sebagian pedagang mengaku dipersulit oleh distributor untuk mendapatkan stok.
Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian (Kopdagperin) Kabupaten Kuningan, U Kusmana, menyebutkan bahwa pihaknya tidak bisa mengeluarkan kebijakan apapun karena di Kuningan tidak ada distributor.
Baca juga:
"Kebijakan Pemda dalam hal ini terbatas dan sulit memberikan solusi, karena selain tidak ada distributor di Kuningan, juga ini merupakan fenomena nasional," ujarnya.
Beda halnya dengan saat harga telur tinggi, pihaknya bisa mengintervensi dengan melakukan sidak pasar dan berkomunikasi dengan distributor serta peternak ayam petelur.
"Saat Tim Satgas Pangan kemarin mencari barangkali ada penimbunan di lapangan ternyata kan tidak ada," ungkap Uu lagi.
Baca juga:
Selain secara nasional, sambungnya, minyak goreng secara internasional juga sedang mengalami kegoncangan. Disinyalir, para petani sawit dan produsen minyak goreng, cenderung memilih untuk ekspor karena harga sedang mahal.
"Itu juga saya dapat info dari media. Sehingga jika begitu, otomatis produksi minyak goreng untuk dalam negeri berkurang dan harga jadi mahal," katanya.
Meski ada kebijakan pemerintah pusat yang menetapkan satu harga (penyesuaian) , apalah artinya jika stok juga sangat berkurang.
"Ditambah karena adanya penyesuaian harga ini, di masyarakat terjadi panic buying sehingga distribusi tersendat akibat stok terbatas," imbuhnya.
Kedepan pihaknya akan berkoordinasi dengan Bulog agar bisa dilakukan operasi pasar untuk menstabilkan stok dan harga minyak goreng di pasar.
Uu juga mengatakan permasalahan kelangkaan minyak goreng ini dikeluhkan di seluruh daerah di Jawa Barat. Saat pihaknya mengikuti pertemuan bersama para Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian se-Jawa Barat, mereka juga mengeluhkan permasalahan kelangkaan minyak ini.
"Kami menegaskan kepada toko-toko retail yang punya stok banyak agar tidak menyimpan jika memiliki stok minyak goreng. Kepada masyarakat juga jangan panik, dan sabar, cukup membeli seperlunya jangan berlebihan," katanya lagi.
Sebelumnya, Ketua Komisi II DPRD Kuningan, Rany Febriani, juga mengatakan pihaknya akan mendorong Diskopdagperin agar berkomunikasi dengan Bulog untuk pengawasan distribusi minyak goreng di pasaran.
"Iya, memang di Kuningan tidak ada distributor minyak goreng ini, jadi kita kesulitan untuk melakukan intervensi," sebut Rany. (Mars)