Pembahasan penilaian efektifitas pengelolaan kawasan TNGC |
KUNINGAN - Efektifitas pengelolaan kawasan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang ada di bawah Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). dinilai secara rutin.
Penilaian untuk mencapai salah satu Indikator Kinerja Kegiatan tahun 2021 dilakukan melalui pembahasan lintas sektoral dalam sebuah diskusi hangat di Kantor BTNGC, Jalan Manislor, Kecamatan Jalaksana pada pekan kemarin.
"Untuk pencapaian salah satu Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) tahun 2021, kami menyelenggarakan penilaian efektifitas pengelolaan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) dengan menggunakan metode Management Effectiveness Tracking Tools' (METT), " ungkap Kepala Balai TNGC, Teguh Setiawan melalui Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN), San Andre Jatmiko.
Metode untuk mencari seberapa efektifnya pengelolaan TN yang telah dilakukan ini, kata San Andre, digelar dua tahun sekali oleh setiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
Pada diskusi tersebut nampak hadir Kepala Sub Direktorat Pemulihan Ekosistem Direktorat Pengelolaan Kawasan Konservasi, Mamat Rahmat, bersama unsur eksternal dari dinas terkait Pemerintah Kabupaten Kuningan dan Majalengka; akademisi dari Universitas Kuningan dan Universitas Majalengka; dan para mitra kerjasama Balai TNGC seperti Masyarakat Pariwisata Gunung Ciremai (MPGC) serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Akar.
"Esensi dari METT ialah menindaklanjuti 'langkah ke depan' yang sama-sama kita tentukan," kata Mamat Rahmat.
Penilaian METT ini, imbuhnya, meliputi seluruh kegiatan yang telah dilakukan dalam dua tahun yang terdiri dari perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari TNGC.
Satu persatu bahan penilaian METT tersebut dibahas dalam diskusi yang cukup hangat.
"Kami berharap dan mendukung Balai TNGC bisa merealisasikan langkah ke depan' yang barusan kita tentukan" kata Eddy Syukur, dari Forum Ciremai.
Untuk diketahui, pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia mengadopsi Management Effectiveness Tracking Tool (METT). Ia sebagai perangkat melacak dan mengukur tingkat efektivitas pengelolaan.
Perangkat ini telah direkomendasi Lembaga Konservasi Dunia (IUCN) dalam meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi. Penilaian METT melalui kuesioner yang diisi pengelola kawasan. (Nars, sumber: IG @gunung_ciremai dan Dirjen KSDAE, KLHK)