![]() |
Roby Dwikora dengan Lukisan Karikatur yang dibuatnya |
KUNINGAN - Penyampaian pesan dan kritik pada pihak tertentu ternyata bisa menggunakan banyak media. Selain melalui tulisan, unjuk rasa, foto meme, mural (yang saat ini sedang hits) bahkan hingga lukisan jenis karikatur.
Mural secara garis besar berisi kritik yang digambar/divisualisasikan dalam bentuk lukisan grafiti atau hanya tulisan di media dinding atau media lainnya di tempat umum, namun mural ternyata berbeda dengan lukisan karikatur.
Hal ini dikemukakan salah seorang seniman karikatur, Roby Dwikora Hadikurnia, yang belum lama ini menggondol juara kedua pada gelar lomba karikatur yang dilaksanakan DPD Demokrat Jawa Barat.
Ditemui di rumahnya di Desa Susukan, Kecamtan Cipicung, Kabupaten Kuningan, pada Kamis (02/09/2021), Roby menyampaikan bahwa seni lukisan karikatur berbeda dengan mural yang akhir-akhir ini banyak diberitakan media massa.
"Perbedaannya sih dalam media tempat mengekspresikannya, kalau pesan yang terkandung di dalamnya hampir sama, " ungkap pria yang juga menjabat sebagai Ketua Karangtaruna Perisai Muda Desa Susukan ini.
Jika mural diekspresikan pada dinding atau media permanen di tempat-tempat umum sehingga bisa dilihat banyak orang, kalau lukisan karikatur biasanya di media kanvas, kertas ataupun media digital.
PMB FAHUTAN UNIKU KLIK DI SINI
![]() |
Kampus Fahutan Uniku |
"Keduanya sama-sama bisa menjadi media penyampaian pesan ataupun menggambarkan sesuatu terkait kondisi yang sedang terjadi," ujarnya.
Media karikatur, kata Roby, berbeda dengan lukisan atau gambar biasa, karena harus ada hal atau sesuatu yang ditonjolkan dari goresan pensil atau ulasan kuas itu sendiri.
"Katrikatur itu lain dari melukis dan gambar, karena identik menitikberatkan pada gambarnya. itu yang lebih sulit, karena lukisan harus menonjolkan sesuatu yang jadi pesan yang ingin disampaikan," ucapnya.
Inspirasi dirinya saat membuat karikatur, diakuinya, mengambil contoh dari pengalaman kehidupan dirinya saat melihat kondisi sosial kemasyarakatan yang terjadi.
"Poin saya mendalami seni karikatur ini sebenarnya hanya satu yakni mengekspresikan sebuah seni untuk mengungkapkan hal-hal yang sedang terjadi saat ini," kata Roby lagi.
Bagi dirinya, sebuah seni adalah kebebasan berekspresi. Adapun jika di dalamnya terkandung satu kritikan, sebaiknya pihak yang merasa dikritik tidak lantas menjadikan seni yang mengkritik ini (baik dalam bentuk mural ataupun karikatur dan jenis lainnya) sebagai satu kejahatan tapi sebaiknya jadi masukan yang membangun untuk perbaikan.
"Bukan malah menjadikan seni yang mengkritik ini sebagai permasalahan kejahatan atau kriminal," tandasnya.
Pihaknya menyampaikan aspirasi kepada Partai Demokrat yang telah menggelar lomba karikatur ini. Lomba karikatur bertema kondisi demokrasi kekinian ini, imbuhnya, menunjukkan komitmen partai untuk menjaring ekspresi masyarakat.
"Semoga komitmen Partai Demokrat untuk jadi penyambung lidah rakyat ini terus konsisten dan diikuti partai lainnya," pungkas Roby. (Nars)