KUNINGAN - Seekor bayi Burung Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), yang dianggap identik dengan Burung Garuda (Lambang Negara Indonesia), dikabarkan menetas di kawasan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) menjelang peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2021 ini.
Pihak BTNGC merilis kabar gembira ini dalam unggahan media sosialnya pada Selasa (01/06/2021) kemarin. Menurut unggahan tersebut, menyongsong Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2021, dunia konservasi satwa liar turut menghadirkan kabar gembira.
Menetasnya anak Elang Jawa ini diketahui dari hasil pemantauan pada tanggal 28 Mei 2021 oleh tim monitoring Elang Jawa Balai TNGC (BTNGC) bersama dengan masyarakat, Raya (Masyarakat Peduli Api - MPA) dan Steven (Mahasiswa S2 IPB University).
Dikatakan, pada saat itu terlihat adanya anak Elang Jawa usia sekitar 1 minggu bersama induk di sarang pada Jum'at sore hari sekira pukul 16.20 WIB.
Anakan ini merupakan keturunan sepasang Elang Jawa yang sebelumnya terpantau tidak jauh dari sarang pada hasil monitoring bulan September 2020.
PMB UNIVERSITAS KUNINGAN KLIK DI SINI
PMB Uniku |
BTNGC menerangkan bahwa Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) merupakan salah satu “top predator” atau pemangsa tingkat puncak penghuni kawasan TNGC, dan menjadi salah satu pertimbangan penunjukkan kawasan hutan Gunung Ciremai menjadi taman nasional pada tahun 2004.
Sejak tahun 2011 hingga saat ini, Balai TNGC telah rutin melakukan monitoring pada lokasi yang terindikasi menjadi habitat satwa ini. Menurut pihak TNGC, hingga saat ini sudah ada 10 lokasi monitoring Elang Jawa. Enam lokasi berada di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Kuningan dan 4 lokasi berada di SPTN Wilayah II Majalengka.
Kepada media, anggota tim monitoring Elang Jawa BTNGC, Hendra Purnama menyebutkan perilaku Elang Jawa yang teramati selama dua hari pemantauan diantaranya yaitu: anak dengan bulu putih sesekali berdiri, induk mengawasi sarang pada radius 30 m.
PMB FAHUTAN UNIKU KLIK DI SINI
![]() |
Kampus Fahutan Uniku |
"Induk dan anak bersama di sarang dengan posisi waspada dan sesekali induk keluar sarang, " ungkap Hendra.
Ia juga menyebutkan, bahwa jumlah individu Elang Jawa saat ini di SPTN Wilayah II Majalengka paling sedikit ada 12 individu.
Terpisah, Kepala BTNGC, Kuswandono, menanggapi kabar gembira dunia konservasi satwa liar ini. Ia mengatakan, suksesnya Elang Jawa melakukan perkembangbiakan menunjukkan bahwa kualitas ekosistem Taman Nasional Gunung Ciremai dalam keadaan yang baik.
“Pas sekali mendekati tanggal 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila, yang mana lambang Burung Garuda tak lain adalah Elang Jawa," ujarnya.
Peristiwa menetasnya Elang Jawa ini juga disambut baik oleh Wiratno, Direktur Jenderal KSDAE. Elang Jawa ditetapkan sebagai simbol satwa nasional (berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional), karena pertimbangan kelangkaan dan kemiripannya dengan lambang resmi Negara Republik Indonesia, yaitu Burung Garuda.
"Saat ini, Elang Jawa masih berstatus Endangered pada Red-list IUCN akan tetapi upaya-upaya konservasi yang telah dilakukan telah memperlihatkan hasil peningkatan populasi yang signifikan," kata Wiranto.
Berdasarkan hasil survey sampai dengan tahun 2020, populasi Elang Jawa terdata sebanyak 515 pasang yang menempati 69 habitat patch seluas lebih dari 10.887 Kilometer persegi dan dijaga bersama para pihak.
"Bertambahnya individu Elang Jawa di dalam kawasan konservasi merupakan bukti nyata keberhasilan kolaborasi konservasi antara masyarakat, melalui rutinnya monitoring yang dilakukan, dan upaya menjaga kawasan hutan yang merupakan habitatnya. Semoga hal ini dapat terus mendukung peningkatan populasi satwa-satwa lainnya di TNGC," harap Wiratno.
Selamat datang bayi Burung Garuda di pelukan Atap Jawa Barat. (Nars)