Dengan "Kuningan Geulis", Tugu Bokor Bundaran Cijoho Tidak Kusam Lagi - Kuningan Religi

Breaking



Senin, 13 Juli 2020

Dengan "Kuningan Geulis", Tugu Bokor Bundaran Cijoho Tidak Kusam Lagi


KUNINGAN - Kendati perayaan Kemerdekaan RI dan Hari Jadi Kuningan masih cukup lama. Namun Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kuningan telah melaksanakan persiapan memperingati hari besar tersebut. Salah satunya dengan melaksanakan pengecatan ulang Tugu Bokor di Bundaran Cijoho serta area Taman Pandapa seberang Pendopo Setda Kabupaten Kuningan.

Sebelumnya,  Tugu Bokor yang dibangun sejak kepemimpinan Bupati Aang Hamid Suganda itu,  keadaannya cukup memperihatinkan. Cat dan bagian-bagian tertentu yang menggunakan semen sudah mengelupas serta berubah warna dari warna emas menjadi buram (Bahasa Sunda: "Koleas"). Bokornya pun dibeberapa sudut mulai menghitam terkena jamur.



Beberapa hari belakangan, tugu tersebut sudah kembali ke warna semula yakni emas alias mengkilap (Bahasa Sunda:“herang boncenang”). Hal ini membuat pengguna jalan dari arah Cirendang, Ancaran, Purwawinangun maupun dari Arah Perumahan Jananuraga terkesima akan keindahan Tugu Bokor yang bermandikan warna kuning. Sehingga mengundang decak kagum akan keindahannya.

Wawan Setiawan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kuningan mengungkapkan kepada media bahwa salah satu tugas pokok dinasnya adalah melaksanakan perawatan pertamanan. Dari sekian banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, sementara yang rutin seperti persampahan berjalan secara reguler.

"Pertamanan di Kabupaten Kuningan sudah cukup banyak yang dikelola Dinas Lingkungan Hidup, hanya saat pandemi Covid 19 kurang mendapat perhatian. Karena semua elemen di DLH fokus membantu Gugus Tugas Covid 19, " ungkapnya dalam keterangan pers,  pada Senin (13/07/2020).

Setelah pandemi agak mereda, baru pihaknya melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang lain.

“Kenapa, beberesih dimulai dari tugu Bokor dan Pandapa? Kita memiliki alasan tersendiri. Salah satunya bahwa bokor memiliki nilai tinggi dalam sejarah peradaban Kabupaten Kuningan, termasuk pandapa. Nilai-nilai itu mempengaruhi juga dalam lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara di Kuningan,” terang Wawan.

Ia menambahkan, tata nilai itu harus dilesatarikan secara paripurna. Bukan semata-mata tugu dan bokor yang terbuat dari Kuningan yang sekarang dipajang. Melihat Bokor dan Pandapa, menurutnya, sama artinya mengajak kita memandang masa lalu dan menatap masa depan Kabupaten Kuningan. sama seperti lampu mobil depan dan lampu mobil belakang.

Kemudian, masih kata Wawan, apa kaitannya antara Bokor, Pandapa dengan Dinas Lingkungan Hidup di masa sekarang? Justru, kata Dia, sangat berkaitan erat yaitu sistem kebaruan pemerintahan dari semula Kuningan adalah kerajaan menjadi Keadipatian dan kabupaten yang diresmikan oleh Pemerintahan Belanda.

Namnya sistem pemerintahan, tentu ada sangkut pautnya dari sistem tata negara. Jika Bokor adalah simbol pemerintahan baru. Maka pandapa adalah bentuk dari tata cara pemerintahan itu sendiri. Dimana masyarakat memberikan kepercayaan kepada pemimpinnya melalui seba atawa saptuan (kemudian menjadi sapton-red).

“Sama artinya Dinas Lingkungan Hidup sebagai penjaga dan perawat tata nilai yang sudah terbangun melalui simbol-simbol yang ada. Bukan berarti seluruh kebudayaan sebab lingkungan hidup merupakan bagian kecil dari sistem kebudayaan secara universal. Saya sambil contoh, baju merupakan bagian dari kebudayaan peradaban,"’ ucapnya.



Sama artinya, masih kata Wawan, taman, tugu, kebersihan itu merupakan bagian kecil dari kebudayaan yang harus mendapatkan perhatian. Karena akan menunjukan peradaban manusia pada jaman sekarang. Keindahan, Kebersihan, dan Keamanan (K-3) adalah respon manusia sekarang atas kehidupan lingkungan yang indah.

“Makanya, saya berusaha mentrasformasikan pemikiran ini menjadi proses lingkungan hidup yang baik. Untuk mengeejawantahkan lingkungan yang baik, membuat program namanya Kuningan Geulis. Artinya Gerakan untuk Lingkungan Indah dan Sehat (Geulis)” pungkasnya. (Nars/rilis)